Tentu, bukan kritik asal-asalan yang dibutuhkan. Bukan pula kritik kaleng-kaleng. Tapi, kritik berkarat tinggi. Minimal 24 karat. Dengan karat yang tinggi, kritik akan mendapat tempat. Terutama kritik yang disampaikan dengan nilai-nilai keadaban.
Setajam apa pun kritik, bila dibungkus dengan kalimat dan atau tulisan yang memesona, tidak akan melukai hati atau perasaan pihak yang dikritik. Justru sebaliknya. Si penerima kritik merasa terbantu dan menjadikan kritik yang diterimanya sebagai cemeti. Pelecut menuju perbaikan diri.
Tak kalah pentingnya adalah kritik kepada diri sendiri. Banyak orang masih alergi melakukan self-criticism. Itu penyakit. Ketika sudah akut, akan membuat seseorang merasa benar sendiri. Setidaknya, merasa dirinya paling benar. Kebenaran di luar sana, atau kebenaran yang disampaikan orang, masih kalah benar dengan pendapatnya.