LONTAR Hadis Dagang, kisah perjalanan Nabi Muhammad saat muda berdagang ke negeri Syam bersama orang-orang Makkah. Walaupun setting tempat kisah ini berada di tanah Arab, tapi pengaruh cara pandang, perasaan, pikiran penulisnya yang orang Jawa sangat kuat. Kafilah yang dipimpin Muhammad muda yang merambah hutan belantara, gunung, tebing, jurang, bertemu dengan naga raksasa bermahkota dengan gigi seperti mata panah pasopati, dihadang air bah yang tak bisa diseberangi, juga pertemuan dengan menjangan cantik adalah imajinasi yang khas konteks Jawa. Orang Jawa boleh berubah keyakinannya, tapi kelekatan laten terhadap kultur dan tanah berpijaknya kuat melekat. Lontar ini membuktikan akulturasi Islam dan budaya lokal berjalan sedemikian halus. Sesuatu yang kini kita dambakan. Namun kita prihatin dengan makin sedikitnya masyarakat mengapresiasi naskah kuno ini. Tinggal satu keluarga yang menyimpan dan menghidupkan tradisi pembacaannya. Maka yang dilakukan Mbok Wiwin Indiarti dan Mas Anasrullah mentransliterasi dan menerjemahkan manuskrip kuno di Banyuwangi ini sangat penting. Mengangkat naskah kuno ke ranah akademik dan mendekatkan naskah kuno dengan perkembangan kekinian.
Halaman |
242 halaman |
Sumber |
Pengadaan |
Penerbit |
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi |
Bahasa |
Indonesia - Osing - Jawa Kuno |
ISBN |
978-623-95161-2-3 |
Tahun Rilis |
2021 |
Lontar Yusup Banyuwangi dan Lontar Sri Tanjung:
Kidung Kuno Ujung Timur Jawa, Wiwin Indiarti – bersama
Anasrullah – sekarang menghadirkan Lontar Hadis Dagang
sebagai salah satu khazanah kekayaan intelektual, literasi,
sejarah, dan sastra Banyuwangi. Buku Lontar Hadis Dagang ini
menegaskan betapa Wiwin Indiarti tak ubahnya arkeolog
pengetahuan yang mengekskavasi (menggali) situs-situs warisan
pengetahuan tertulis masa lampau di Banyuwangi. Dia
seorang yang tekun dan ulung, penuh keterlibatan, kesabaran, dan ketelitian serta asketisme keilmuan, yang tak tergoda
hiruk-pikuk perayaan dan karnaval pengetahuan di media baru,
dalam bekerja menggali, merekonstruksi, dan menyuguhkan
warisan khazanah intelektual Banyuwangi masa lampau
termasuk manuskrip Lontar Hadis Dagang. Dalam Lontar
Hadis Dagang, Wiwin bersama Anas bukan saja “meng-hidupkini-
kannya”, melainkan juga menggambarkan ekologi literasi
dan budayanya khususnya ekologi pembacaan dan pembacanya.
Tak heran, Lontar Hadis Dagang tampak menjadi warisan
intelektual, literasi, dan budaya yang tetap hidup fungsional
dalam komunitas masyarakat.