Page 49 - Lontar Yusup Murub Muncar
P. 49
Kolofon
Kolofon adalah catatan penutup oleh penulis atau penyalin
manuskrip dan biasanya terletak di akhir tapi tidak menjadi bagian
dari teks itu sendiri. Namun demikian, dalam tradisi manuskrip Islam,
24
kolofon tidak harus terletak di akhir teks . Kolofon memiliki peranan
25
penting dalam mengetahui usia dan identitas manuskrip .
Kolofon sendiri mengandung setidaknya dua bagian
informasi: (1) informasi tentang karya yang disalin (yakni teks):
pengarang, tempat dan tarikh penulisan karangan, keadaan dan
tujuan penulisan karangan; (2) tentang salinan itu sendiri (yakni
manuskrip): tarikh penyalinan (tanggal Islam dan Masehi; nama hari;
jam), nama penyalin, tempat penyalinan, detail manuskrip (kertas,
format), pemilik manuskrip, dan manuskrip sumber (tarikh dan
26
sumber) . Dalam konteks penelitian naskah kuno, kolofon sangatlah
berharga karena memberikan bukti konkret tentang sejarah naskah
dan hubungannya dengan masa lalu.
Jika sebuah naskah tidak memiliki kolofon, maka informasi
penting seperti waktu penyalinan dan identitas penyalin menjadi
sulit ditentukan secara langsung. Dalam kasus seperti ini, peneliti
harus mengandalkan sumber alternatif, seperti keterangan dari
pemilik naskah, catatan tambahan di luar teks utama, atau penelitian
perbandingan dengan naskah sejenis. Pemilik naskah bisa
memberikan petunjuk mengenai asal-usul dan usia naskah,
meskipun sifatnya tidak selalu akurat atau terdokumentasi dengan
baik. Selain itu, analisis terhadap intertekstualitas—yakni
perbandingan dengan naskah-naskah lain yang memiliki struktur
atau tema serupa—dapat membantu menempatkan naskah dalam
konteks sejarah tertentu.
Naskah Lontar Yusup Murub Muncar yang menjadi bahan
transliterasi dan terjemahan ini tidak memiliki kolofon. Meski tanpa
kolofon, keterangan mengenai nama penyalin naskah ini masih bisa
24 Henri Chambert-Loir, “Kolofon Melayu”, dalam Oman Fathurahman dkk., Filologi
dan Islam Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2010), hlm. 153.
25 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia: Teori dan Metode, (Jakarta: Pranada
Media Group dan UIN Jakarta Press, 2016), hlm. 96.
26 Henri Chambert-Loir, Ibid, hlm. 154.
31