Page 49 - Lontar Yusup
P. 49

narnya  pujian  (iku  sestuning  panggunggung),  pujian  yang  paling  bening  (wê-
               nènging  panglêmbana).  Ada  seorang  nabi  berkata  bahwa  Tuhan  tidak  melihat
               manusia dari wujud luar seseorang, tetapi yang dinilai adalah hatinya (Kasmaran
               III: 27-28).
                       Saat Basir menarik menarik ember timbanya dari dalam sumur, didapati-
               nya Yusuf berada di dalam ember timba itu. Semua orang tercengang akan ke-
               tampanan Yusuf. Anak itu pun diserahkan oleh Basir kepada Malik. Sesaat seusai
               rombongan pedagang telah pergi dari tempat itu, datanglah para saudara Yusuf
               (Kasmaran III: 29-31).
                       Ketika para saudara Yusuf melihat bahwa Yusuf telah diambil dari sumur
               oleh sang pedagang Malik, mereka marah dan mengancamnya. Mereka meminta
               Malik  untuk  mengembalikan  Yusuf.  Dengan  luap  amarah  mereka  mengatakan
               bahwa Yusuf adalah budaknya. Gemetar ketakutan karena luap amarah itu, Malik
               pun mengembalikan Yusuf kepada mereka. Mereka juga memaksa Yusuf untuk
               mengatakan bahwa dia adalah budak mereka. Namun setelahnya, para saudara
               itu  menawarkan  Yusuf  untuk  dijual  kepada  Malik.  Meskipun  demikian,  mereka
               menjelek-jelekkan  perangai  Yusuf  sebagai  seorang  budak  yang  tidak  berharga.
               Malik pun bertanya kepada Yusuf apakah benar ia seorang budak (atut sira ka-
               wuleki).  Yusuf  membenarkan  bahwa  ia  seorang  budak  (hamba,  kawula),  tetapi
               (setengah berbisik), ia menambahkan bahwa dirinya seorang hamba Tuhan (iya
               kawulaning Pangeran).
                       Malik kemudian membeli Yusuf dari para saudaranya dengan sisa 18 dar-
               ham  (koin  emas)  yang  tidak  terpakai.  Dalam  rasa  iri  benci  tiada  berbalas  para
               saudara menerima darham tersebut dan membagikannya di antara mereka ma-
               sing-masing. Salah seorang saudara yang paling sulung, bernama Yahuda (Yahud),
               tidak mau menerima pembagian itu. Ia menjadi satu-satunya saudara Yusuf yang
               tidak setuju jika Yusuf dijual. Jika saja Tuhan menganugerahkan kepada mereka
               penglihatan yang tajam, seperti yang diberikan kepada ayah dan ibu Yusuf, mere- Buku ini tidak diperjualbelikan.
               ka niscaya akan tercengang. Mereka tidak bisa melihat wujud sejati (jatining ru-
               pa) Yusuf (Kasmaran III: 32-44).
                       Setelah saling menerima surat jual beli Yusuf, si pedagang Malikpun me-
               merintahkan agar Yusuf diikat karena khawatir akan tabiatnya yang suka mela-
               rikan diri, seperti apa yang disampaikan oleh saudara-saudaranya. Sesaat sebe-
               lum pedagang Malik akan membawanya pergi, Yusuf bermenung dalam kesedih-
               an, menenangkan dan menghayati (suka rêna sêpanane) hukuman Tuhan kepada
               dirinya (ukuming Yang pêrapteng sira). Ia meminta mereka untuk menunggu se-


                                                   32
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54