Page 76 - Jejak Rasa
P. 76

tari pun memberi penjelasan tentang tempat yang tiba-tiba aku sebutkan tadi.
            “iya nduk, mending ke sana aja, dijamin gak panas kalo di sana meskipun sampai siang
          nanti. Tapi kalo mau ke RAWA BAYU jangan lupa ya kalo udah sampai, bilang assalamuai-
          kum dulu dan jangan lupa berdoa!!” jelas mbah pardi. Mbah nya tari, yang aslinya memang
          penduduk asli desa sonngon ini.
            Setelah itu ifi pun menarik tanganku untuk berdiri.
            “ya udah kalo gitu mending kesana aja yuk!!” ajak ifi dengan bersemangat.
            Aneh nya mereka langsung mau pergi ke sana, padahal awalnya mereka sempat ber-
          debat hanya karna ingin ke wisata-wisata yang mereka inginkan.
            Hari ini kami memutuskan untuk naik mobil saja. Kebetulan mbah nya tari mempunyai
          mobil yang siap untuk mengantar kami kemanapun kami inginkan asalkan juga bersama tari.
            Tari pun duduk berdampingan dengan ku.
            “yu, kok diem aja sih??” tanya tari dengan menatap ku.
            Aku pun tak menyadari kalau tari menanyai ku. Pandangan ku tetap terfokus ke kaca
          mobil.
            “sayu!!” tari memegang tangan ku.
            Aku pun menoleh ke arah tari. Wajah tari di penuhi tanda tanya.
            “kamu lagi ngeliatin apa sih??”
            Aku menggeleng kan kepala ku. Aneh bagiku karna setiap perkataan yang aku ucapkan,
          tanpa sadar langsung aku ucapkan. tanpa aku cerna terlebih dahulu.
            Lalu tari pun kembali menghadap ke depan tanpa menoleh ku lagi.
            Tapi tiba-tiba aku merasa bingung dengan perjalanan kami ini.
            “kita mau kemana tari??”
            “lo kok mau kemana sih yu! Bukanya kamu tadi yang bilang mau ke RAWA BAYU?”
            Jelas tari dengan nada tak percaya.
            Aku pun langsung mengalihkan pandangan ku tanpa menjawab tari.
            [RAWA BAYU? Tempat apa itu?] tanya ku dalam hati.
            Tiba-tiba saja mobil yang aku naiki ini berhenti secara medadak, Ccciiiiiiiiiittttttttttth........
            “ya tuhan,ada apa mbah??” tanya tari sambil memegangi kepala nya yang habis ter-
          bentur ke kursi depanya.
            “itu lo mbah e nabrak kucing!!” mbah pardi menunjuk ke luar.
            Setelah ku lihat, aku terkejut karna yang di tabrak mbah pardi kucing nya warna hitam.
            “pertanda buruk”
            “apa?” tanya tari spontan karna mendengarku berkata itu.
            “biasanya kalo orang nabrak kucing berarti perjalananya harus di hentikan agar tidak
          terjadi apa-apa. Karna itu pertanda buruk!!” jelas ku
            Wajah teman-teman dan mbah pardi menjadi memerah, mungkin mereka saat ini satu
          pemikiran dengan ku.
            “duuuu.. jangan donk,aku kan udah pengen banget jalan-jalan!!” kata dara
            “iya ayok donk! Masa iya Cuma gara-gara nabrak kucing aja kita gak jadi kesana!!” saut ifi
            “iya dar tapi..” perkataan tari langsung di hentikan oleh mbah nya
            “udah-udah, gapapa wes ayo dilanjutkan wae,itu tadi hanya kecelakaan saja!!” jelas
          mbah pardi seraya keluar dari mobil.
            Mbah pardi pun melepas jaket yang ia kenakan lalu membungkus kucing itu dengan
          jaket nya.
            “lo tar kenapa mbah mu membungkus kucing itu pakai jaket nya??” tanya febiola yang
          terlihat bingung dengan melihat ke luar mobil.
            “iya memang begitu, mbah hanya mengikuti apa yang biasanya orang-orang lakuin
          aja kok!” jelas tari.
            Lalu mbah pardi terlihat meletakan jasad kucing itu di pinngir nya. Dan dia mulai
          menggali tanah nya dengan ranting yang ia gunakan. Setelah lubangnya telah terlihat mbah
          pardi mengubur kucing itu.
            Kami pun melanjutkan perjalanan. Setelah aku menyandarkan kepala ku di kursi mobil.
                                       75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81