Page 71 - Jejak Rasa
P. 71
Kakak
Oleh: Sayu Bande Suri*
Kakak
Hhhhhhh...... Aku menggerakkan tubuh ini. Sebenarnya aku lelah, tapi, ya... bagaimana,
ini kewajibanku sebagai penari gandrung, sebentar lagi adalah Festival Gandrung Sewu.
Aku adalah salah satu dari seribu penari gandrung yang akan menari di Pantai Boom. Aku
memang sudah lelah menari, tapi aku tak menyerah. Aku adalah Sekar Ayu, penari gandrung
yang terbaik. Aku tak akan pernah menyerah. Aku akan menunjukkan penampilanku yang
spesial kepada dunia agar semua takjub melihat tarian yang kubawakan ini.
Tiba-tiba guru menariku menghentikan latihan kami, dan berkata latihan hari ini cuk-
up dan beliau mempersilakan aku dan teman-temanku yang lain untuk pulang ke rumah
masing-masing. Aku sangat bahagia, karena latihan selesai dan tubuhku yang mulai lelah
ini dapat istirahat. Aku menelfon ibuku agar menjemputku dari tempat latihan. Beberapa
waktu setelah aku menelfon ibuku, tiba-tiba aku mendengar bunyi klakson mobil. Aku
mendekat, ternyata itu klakson mobil kakak temanku.
Mayang namanya. Mayang memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayangin-
ya. Terkadang aku iri dengan Mayang. Ia memiliki kakak yang peduli dan sayang padanya.
Sebenarnya aku juga punya seorang kakak laki-laki, tapi ia menghilang tanpa jejak. Ia
menghilang semenjak ayah dan ibu berkata bahwa ia harus masuk ke perguruan tinggi tapi
ia tak mau. Terkadang aku sangat heran kepada kakakku itu, ayah, dan ibu sangat sayang
padanya. Tapi ia tak mau mendengarkan ayah dan ibu. Ia menghilang tanpa tujuan. Aku
sangat membencinya. Benar-benar benci padanya. Jika esok hari atau kapan aku bertemu
dengannya, ahhh.... Aku sudah tak mau bertemu lagi bertemu dengannya. Aku muak dengan
wajahnya. Karena aku benar-benar tak menyukainya.
”Kar.... Sekar.... ngapain ngelamun?“
Tiba-tiba ada seorang yang memanggilku dari belakang dan ternyata itu ibuku. Aku dan
ibuku lalu masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba ibu berkata padaku, apakah aku mau makan
sesuatu setelah latihan. Aku menjawab iya. Kami makan masakan khas Banyuwangi, yakni
rujak soto. Aku dan ibuku sedang asyik memakan rujak soto, tiba-tiba ada kamera yang
aku rasa kamera itu sedang memfoto diriku dan ibuku. Itu benar-benar menyeramkan.
Orang itu memfoto kami seakan-akan ia adalah penguntit. Setelah makan, aku dan ibuku
langsung masuk ke dalam mobil.
Tiba-tiba, ckrekk...... ckrekk, bunyi itu lagi yang menggangguku. Awalnya aku berfikir
bahwa tadi itu adalah pemilik warung yang memfoto pelanggannya, tapi tidak mungkin
pemilik warung memfoto pelanggannya sampai ke mobil. Ahhhhh..., mengapa juga aku
memikirkan hal ini. Pikirku. Akhirnya aku dan ibu sampai ke dalam rumah. Setelah masuk,
aku menceritakan hal yang kualami tadi ke ayah dan ibu.
”Ayah, Ibu, tadi Sekar ngerasa kayak ada yang ngefoto Sekar sama Ibu deh.“
”Sekar, itu cuma perasaanmu aja. Karena kamu kecapean gara-gara latihan tadi kan?“
Sahut ayahku ringan.
Aku pun masuk ke dalam kamarku dan aku kembali memikirkan hal tadi dan kurasa aku
kelelahan karena latihan. Aku memutuskan untuk tidur karena besok sekolah.
***
Pagi yang cerah. Di mana matahari bersinar terang dan burung berkicau berduet bersa-
ma ayam yang berkokok. Aku keluar dari kamar untuk sarapan dan langsung berangkat ke
sekolah diantar ayah. Aku pun tiba di sekolah. Aku berjalan melewati koridor dan menuju
kelasku kelas 8A. Sesampainya di kelas, aku melihat wajah-wajah teman sekelasku yang
tersenyum bahagia karena besok pagi mereka pulang pagi, karena ada Festival Gandrung
Sewu. Mereka semua bahagia, kecuali aku yang terus terbebani acara itu. Aku menyapa
teman-teman perempuanku di kelas yang sedang asyik mengobrol tentang penyanyi
Korea Selatan yang baru comeback. Tiba-tiba bel berbunyi. Kamipun bergegas duduk dan
menunggu guru masuk.
70

